Kamis, 21 Juli 2011

Sayap Yang Patah...!!

Di sinilah sosok dia sekarang ini yang mulai sering bungkam dengan seribu masalah hidup dan cintanya, sejenak menemukan tempat persembunyianya yang di pagari sekat sekat sepi, yang akan mengingatnya dan turut menjadi saksi untuk sesuatu yang tidak dia sukainya. Antara marah, kecewa, menyesal adalah sebuah satu sangsi di mana dia tidak tahu sekarang harus kemana dan bagaimana mencari titik sebuah sikap agar bisa mendamaikan hati. Haruskah dia melawan sebuah kenyataan yang sudah di rusaknya sendiri, ataukah mengharapkan sesuatu yang tidak lebih dari menjual diri. Mungkin ada hal yang lebih dia senangi dengan tersenyum beberapa menit di setiap harinya. Tapi, pikir dia tidak cukup untuk bisa menjadi obat sakit yang di deritanya malam itu. Malam yang mengantarnya mengamputasi sebuah pemikiranya sendiri apakah yang disana sudah adil atau tidak...?


Dia mencoba bisa berlalu dengan masalahnya untuk sementara waktu saja, tapi dia terkesan belum mampu berlalu dari bayangan wajah itu. Wajah yang dia ketahui oleh hatinya sendiri sebagai penyemangat jiwa jiwanya yang sedang mulai bertunas dulu.

Mungkin dia sedang bertarung dengan jenjang waktu yang gelap, atau juga mencari pusaran waktu yang mengantarnya pada titik jejak pengakuan___ kalau takdir belum mampu hinggap menaungi kisah hidup dia. Bisakah "melupakan" adalah solusi yang bertanggung jawab? Yang bisa menjadi mati hatinya selama berhari hari bisa di sembuhkan. Hanya waktu yang lebih berani menjawabnya, karena waktu lah yang mudah mudahan mampu menjadi penasehat dia.

Hilangnya beberapa dolar menurut dia belum bisa menjadi bandingan yang sepadan dengan hilangnya harapan harapan dia. mungkin saat ini akan menjadi satu catatan dalam sejarah hidup dia sendiri meskipun harus di tulis dengan tanganya yang bergetar tidak wajar dalam banyak alasan.

Hingga kini satu satunya yang di cari dari sosok dia cuma satu yaitu semangat, hingga sekarang semangat itu berkali kali tumbang di simpang sebuah tepi jalan. Jalan hidup dia... entah sampai kapan dia mampu menjaga dirinya sendiri dari keterpurukan? Ataukah harus menunggu kembali dengan waktu agar tumbuh lagi sayap sayapnya yang sudah patah. Ataukah ada jalan lain yang mencari untuk mengerti tentang keadaan hati dia sendiri.

Hitungan hari tidak berkecukupan untuk membeli mahalnya harga hati. Hati yang merindukan pada sebuah nama yaitu kebahagiaan. Dia sendiri telah sadar sekarang bahwa waktu dan cinta adalah sesuatu yang mahal, dia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak memurahkanya dengan kesalahan dan kelalaian yang sama, meskipun barangkali dia sangat sadar dengan sikapnya sendiri waktu itu.

Wahai sahabat dia yang masih bisa membusungkan dadanya dengan nyala nyala cinta. Cukupkan dia dengan semangat dan harapanya menembus cakrawala baru. Gantilah sayap dia yang sudah patah di tempat sana. lebihkan dia dengan bekal perjalananya menuju dunia barunya. Halal atau tidak halal jalan yang akan di laluinya di lorong gelap sana, berilah dia berlipat lipat kertas putih berpijar yang siap menjadi sayap yang menyala nyala untuk menembus sekat dalam kegelapan.

Sekarang, di sinilah sosok ini yang sedang berusaha melunasi semua hutangnya karena kebodohanya. Melawan semua garis yang sudah menjatuhkan sebagai jalan kisahnya. Lalu seberapa hebat keinginan dia untuk menjadi seorang yang lepas dari kebungkaman karena tragedi cinta.

Hakul yakin, pikir dia mampu menjadi kesatria dalam parodi hidupnya sendiri. Karena semua yang sudah menjadi kesalahan dan kegagalanya berimbas pada munculnya tekad baru, semangat baru dan cinta baru.

Maka dia tidak perlu buru buru mengatakan pada dunia tentang kisahnya sekarang, cukup menjadi pengantar dia melawan semua rasa pahitnya menuju kebaikan (manis) yang masih di simpan oleh Tuhan sebagai sesuatu yang masih di rahasiakan. sayap sayap yang patah itu___ mungkin akan menjadi pembelajaran untuk melangkah kepada kisah kisah dia selanjutnya.